Ada Surga di Lamongan Selatan



Suasana Waduk Gondang begitu alami. Airnya bening. Udaranya sejuk. Pohon-pohon tumbuh rindang di dalamnya. Pesona itu membuat beberapa pasang mata para pengunjung betah berlama-lama menatapnya. Mereka memandangnya seakan ingin berbaur kedalamnya.
Waduk Gondang adalah salah satu tempat wisata keluarga yang berada di kabupaten Lamongan. Tepatnya di dusun Gondang Lor desa Gondang kecamatan Sugio kabupaten Lamongan. Tempat ini tidak kecil, tempat ini memiliki luas 6,60 hektoare dengan kedalaman yang cukup dalam yaitu 29 meter di bawah permukaan laut. Peresmian tempat ini langsung dilakukan oleh Bapak Presiden kita yaitu Presiden Soeharto pada tahun 1987. Tersiar kabar tempat ini memakan tiga desa untuk dijadikan waduk, tempat pengairan ini.
Keindahan hamparan air membuat sepasang mata menjadi terang dengan warna hijaunya air waduk. Pemandangan yang indah, pepohonan yang rimbun sangat pas buat burung bersangkar. Menyajikan pemandangan bagai cuilan surga dunia yang indah. Tak hanya itu, selain menyajikan pemandangan alam yang alami ada beberapa macam permainan yang cukup dijadikan mainan untuk anak-anak agar terdiam dari tangisannya. Permainan air seperti perahu biasa dan perahu bebek yang mengantar jiwa dan raga kita lebih menyatu dengan alam. Hembusan angin saat menikmati flying fox seperti membelah tubuh kita dengan kelembutan angin tersebut.
Tempat ini tak pernah sepi dari pengunjung. Mulai dari pengunjung dalam hingga luar kota pun ikut bercengkerama di tempat ini. Ada beberapa alasan bagi mereka mengapa bertamasya ke tempat ini. Mulai dari yang hanya sekedar penasaran, pacaran hingga rekreasi keluarga guna menghilangkan penat dari rumitnya hidup. Tak hanya pemandangan saja yang berhasil menarik mereka agar berbaur menjadi satu disini. Tapi karena biayanya yang cukup murah dan letak yang strategis juga turut menarik minat pengunjung agar berhenti, hanya dengan 5.000 rupiah untuk dua orang, mereka bisa masuk dan menikmati suasana alami Waduk Gondang. Tepat di pertigaan desa Gondang dan ada gapura yang bertuliskan “Wisata Waduk Gondang” berarti kita sudah sampai di surga dunia kabupaten Lamongan.


Tak hanya sisi baiknya saja yang menonjolkan tempat ini. Dimana ada kebaikan, pasti disitu ada keburukan pula. Dan salah satu keburukan tempat ini adalah, sisi kelam Waduk Gondang yang ditandai dengan adanya “Warung Pangkon” yang berjejer-jejer rapi di kawasan Waduk Gondang. Warung yang sering beroperasi malam hari ini sering kali meresahkan warga. Warung yang menyuguhkan suasana prostitusi klasik dengan jamuan secangkir kopi tersebut tak jarang mengundang petugas keamanan seperti Satpol PP untuk menertibkan kawasan tersebut. Entah dari mana datangnya warung-warung tersebut, tapi usut punya usut warung tersebut tak murni dari desa setempat, melainkan dari luar daerah yang mengais rejeki disana.
Waduk Gondang dan Warung Pangkon hanya berbeda dalam perbedaan waktu, jika Waduk Gondang ramai disaat siangnya, Warung Pangkon lebih ramai disaat malamnya. Sungguh pemandangan yang tak pantas untuk dilihat mata. Tapi itu dulu, sekarang lebih rapi karena sudah berkurangnya keberadaan warung tersebut pasca razia besar-besaran beberapa tahun yang lalu.
Banyak kejadian-kejadian aneh yang terjadi disini, termasuk kejadian di beberapa tahun silam. Yaitu penampakan naga hijau yang tak sengaja terambil oleh salah satu pengunjung. Gambar ini sangan fenomenal, karena terlihat seekor naga yang berdiri tegak seperti menyemburkan sesuatu. Gambar ini tak membutuhkan waktu yang lama agar tenar dan booming. Dalam hitungan hari saja bisa menggemparkan warga setempat, bahkan sampai dunia maya ikut gempar dibuatnya.

Tak jauh dari Waduk Gondang dan Warung Pangkon, sisi terang kembali muncul di sebelah timur kedua tempat tersebut. Yakni makam ibunda Sunan Giri, atau yang biasa disebut “Mbok Rondo” oleh warga setempat. Keberadaan makam ini sempat menimbulkan kontroversi, yang pasalnya Sunan Giri sendiri berada di Kebomas – Gresik dan ibundanya yang terdapat di sebelah Waduk Gondang. Tapi setelah di putar napak tilas Sunan Giri, terlihat cerah bahwa makam yang berada di sebelah Waduk Gondang tersebut adalah makam Mbok Rondo yang asli. Mungkin masih bertanya-tanya kenapa ibunda Sunan Giri yang jika kita tengok sejarahnya bernama Dewi Sekar Dadu tapi lebih terkenal dengan sebutan Mbok Rondo. Ini karena memang dulunya Mbok Rondo ditinggal sang suaminya karena ayahanda Dewi Sekar Dadu (Raja Blambangan) tidak merestui lagi hubungan antara Dewi Sekar Dadu dan suaminya (Syech Maulana Ishaq), sehingga Syech Maulana Ishaq pergi menginggalkan Dewi Sekar Dadu untuk menyebarkan Islam ke daerah lainnya yang saat itu Dewi Sekar Dadu sendiri telah mengandung Sunan Giri. Kemudian masyarakat setempat lebih mengenal Dewi Sekar Dadu dengan sebutan Mbok Rondo, karena kata “rondo” memiliki makna seorang istri yang ditinggal suaminya.
Tempat ini tidak seperti tetangga-tetangganya, tempat yang notabene adalah wisata religius ini sangat sepi dari pengunjung maupun peziarah. Bahkan tempat ini lebih sering tertutup rapat pintunya dibanding terbuka lebar menyapa para peziarah. Jika kita ingin berziarah dan mendoakan beliau, maka kita harus menemui juru kunci makam tersebut yang tidak jauh dari pemukiman warga.
Alangkah indahnya jika cuilan surga dunia ini lebih terawat akan hal-hal yang positif. Bersinar dengan kebaikannya, bukannya malah redup akan keburukannya. Tentunya kita sebagai warga Lamongan, khususnya para punggawa muda Lamongan tidak ingin jika makam yang diagungkan oleh Allah itu hilang seiring dengan berjalannya jaman. Maka dari itu mari kita rawat peninggalan-peninggalan para sejarahwan dahulu dan menjadi generasi bangsa yang melek akan asal mula bangsanya sendiri, tidak mempelajari asal mula bangsa lain sebelum hafal dan tahu akan sejarah bangsanya sendiri.
Kita harus lebih bersyukur lagi karena Allah telah memberikan karunia sebesar ini, Waduk Gondang yang begitu indahnya telah ditempatkan di kawasan Lamongan, harusnya kita lebih sadar lagi dan merawat cuilan surga tersebut, bukan malah merawat tempat prostitusi seperti yang berada di sampingnya, Warung Pangkon. Apakah kita tidak malu jika kita dilihat oleh Mbok Rondo ketika kita berada di Warung Pangkon? Semoga tidak hanya sedikit yang sadar akan hal ini. Bangsa membutuhkan penduduk yang sadar dan kritis akan sesuatu di sekitar kita, khususnya di Lamongan ini.

Misbahul Munir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Perlu penegasan, bahwa apapun yang tertulis di sini adalah pengolahan kata dan pengembangan pemikiran dari saya pribadi.

Jangan lupa sandalnya dibawa.